Gerakan ‘Rejoso Kita’ Gelar Lelang Konservasi untuk DAS Rejoso

1208

Pasuruan (wartabromo.com) – Gerakan Rejoso Kita menginisiasi Lelang konservasi pada 28-29 November 2017. Lelang konservasi merupakan mekanisme dengan skema pembayaran jasa lingkungan (payment for ecosystem services) kepada petani maupun kelompok tani dalam kegiatan konservasi berbasis kinerja.

Dr Beria Leimona dari the World Agroforestry Center (ICRAF) menyebutkan, kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari serangkaian studi yang dilakukan oleh Gerakan Rejoso Kita dalam satu tahun terakhir.

“Lelang konservasi ini dilakukan agar skema pembayaran jasa lingkungan ini dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, dengan memperhatikan kesediaan petani untuk menerima kontrak konservasi (willingness to accept), sekaligus memperlihatkan komitmen dan kemauan membayar (willingness to pay) dari pemanfaat jasa lingkungan di DAS Rejoso yang diwakili oleh Gerakan Rejoso Kita,” kata Dr Beria Leimona, Rabu (28/11/2017).

Sebagai fasilitator utama lelang, ia berharap petani atau kelompok tani yang menang bersedia menjalankan skema pembayaran jasa lingkungan yang ditawarkan. Secara periodik Gerakan Rejoso Kita akan melakukan pemantauan, terkait pelaksanaan kegiatan di lapangan, setahun ke depan.

Pelaksanaan lelang dibagi dalam 2 klaster yaitu klaster hulu dan klaster tengah, dengan sistem imbal jasa berbeda.

Di klaster hulu, skema imbal jasa lingkungan diarahkan pada pengayaan tanaman kayu (cemara) di lahan pertanian, peningkatan laju infiltrasi lahan, dan pengurangan sedimentasi.

Sedangkan di klaster tengah lebih diarahkan pengayaan tanaman di lahan dengan produk bernilai ekonomi tinggi, perbaikan pengelolaan kebun dan peningkatan laju infiltrasi lahan. Selain itu, pengukuran karbon stok di lahan sebagai langkah lanjutan.

Kegiatan lelang di klaster hulu dipusatkan di Desa Wonokitri dengan melibatkan 3 desa, yaitu Wonokitri, Sadaeng dan Keduwung Atas dan hampir seratus petani sebagai peserta lelang.

Sementara di klaster tengah dipusatkan di Desa Pasrepan dengan melibatkan lebih 100 petani di 5 desa, yaitu Galih, Petung, Tempuran, Ampelsari, Keduwung Bawah. Hal itu menunjukkan antusiasme petani dalam mengikuti kegiatan lelang konservasi ini, baik di daerah hulu maupun tengah DAS Rejoso.

“Lelang konservasi ini dapat menjadi sarana dan media pembelajaran untuk petani agar lebih paham tentang pertanian yang berwawasan dan ramah lingkungan, serta transparansi dalam menentukan nilai kontrak konservasi,” terang Leimona lebih lanjut.

Disebutkan, petani telah mempunyai keinginan bercocok tanam ramah lingkungan, namun mereka belum memahami konsep dan teknisnya, disamping itu tidak ada insentif bagi para petani yang mempraktikkan pola pertanian ramah lingkungan tersebut.

Suraji, peserta lelang dari Desa Keduwung Atas menyatakan, kegiatan ini diharapkan bisa memberi pengetahuan tentang konservasi di lahan dengan kemiringan yang curam.

Sementara Sudipto, petani dari Desa Wonokitri memiliki harapan, masyarakat dapat mengurangi laju erosi dan terhindar dari bencana tanah longsor.

“Kami juga berharap masyarakat di hilir juga mendapatkan manfaat dari konservasi yang kami lakukan di atas,” ujar Sudipto.

Fajar Kurniawan dari YSII (Yayasan Social Investment Indonesia), skema lelang mampu menumbuhkan kesadaran dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan. Harapannya tentu untuk lebih peduli terhadap upaya perlindungan dan pelestarian DAS Rejoso.

“Karena memang saat ini DAS Rejoso membutuhkan perhatian lebih karena tingginya tingkat ancaman akan kelestariannya di masa depan. DAS Rejoso juga sangat vital keberadaannya karena ada jutaan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari pasokan air yang disediakannya,” ujar Fajar Kurniawan. (**/**)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.