Probolinggo (wartabromo.com) – Sejak awal menjadi kepala daerah, Bupati Probolinggo P Tantriana Sari, SE, memprioritaskan pengentasan kemiskinan dengan membangun Rumah Tak Layak Huni (RTLH) menjadi Rumah Layak Huni minimal sebanyak 1.000 unit setiap tahunnya. Komitmen itu membuahkan senyum bagi ribuan warga Kabupaten Probolinggo.
Salah satunya adalah Sumiati (79), warga Dusun Kesambi RT 1 RW 3, Desa Randujalak, Kecamatan Besuk. Di hari tuanya kini bisa tersenyum ceria, usai rumahnya mendapat program pembangunan RTLH. Bagaimana tidak, rumahnya yang semula berdinding gedek bambu sudah tak nampak. Dinding itu, kini berganti dinding batu bata merah dengan plester semen. Sementara lantainya, tak lagi becek tatkala hujan turun. Lantai plester semen itu, meski tak berubin, namun kini membuat kaki yang ringkih nyaman berjalan.
“Alhamdulillah pak, mator kaso’on sebennyak dek bapak-bapak se abentoh compok ghuleh. Semangken ampon tak cellep mon tedung (terima kasih yang banyak kepada bapak-bapak yang telah membantu rumah saya. Sekarang sudah tidak dingin kalau tidur, Red),” ujarnya kepada Kabid Perumahan Disperkim Hengki C Saputra dan Camat Besuk Teguh Prihantoro, saat melakukan monitoring beberapa waktu lalu.
Kepala Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman dan Pertanahan Kabupaten Probolinggo (Disperkim), Donny Adianto, mengatakan pada 2012 lalu, ada sekitar 62 ribu rumah di Kabupaten Probolinggo yang masuk dalam kategori Rumah Tidak Layak Huni (RTLH). “Secara perlahan jumlah rumah yang masuk dalam kategori RTLH ini berkurang,” ujarnya.
Di tahun 2012, ada sekitar 344 RTLH yang mendapatkan suntikan bantuan. Tahun 2013, ada 683 RTLH yang mendapatkan bantuan. Di tahun 2014, ada sekitar 1.416 bantuan untuk RTLH, tahun 2015 ada 2.040 rumah yang mendapatkan bantuan stimulan berupa material, dan di tahun 2016 ada sekitar 2.300 rumah, dan di tahun 2017, ada 3.483 rumah yang juga mendapatkan bantuan.
Jumlah itu merupakan gabungan antara bantuan dari Pemerintah Kabupaten, Provinsi, Pusat, dan Pemerintah Desa (Pemdes) hingga bantuan Corporate Social Responbility (CSR) dari perusahaan di Kabupaten Probolinggo. “Bahkan ada beberapa desa yang membangun belasan RLTH dari Dana Desa. Antusiasme para kepala desa untuk mengentaskan kemiskinan sangat tinggi,” terang Donny.
Donny, menjelaskan ada 14 indikator yang bisa menentukan sebuah rumah itu masuk dalam kategori miskin. Namun, prioritas utamanya, yang mendapatkan bantuan ini rumah-rumah yang tidak memiliki atap, tembok, tidak berlantai, dan tidak memiliki jamban bersih. Sehingga yang diutamakan saat ini adalah rumah-rumah yang rusak berat dan memang benar-benar tidak bisa dihuni.
“Salah satunya, mewujudkan rumah impian, idaman, dan layak huni bagi masyarakat di Kabupaten Probolinggo. Jadi, tidak ada disparitas atau kesenjangan antara masyarakat satu dengan lainnya, semua memiliki rumah layak huni. Rumah yang seperti apa sih, rumah yang aman, nyaman untuk ditinggali. Rumah yang seperti itu menjadi tolok ukur kesehatan masyarakat di suatu wilayah. Karena ketika rumahnya layak, maka dijamin kesehatannya pun juga layak,” ujarnya.
Pria asal Surabaya ini, menjelaskan ketika Pemkab mempunyai komitmen yang kuat, maka dengan sendirinya anggaran dikucurkan dalam mewujudkan atau membebaskan RTLH menjadi rumah layak huni. Karenanya, pihaknya memang memfollow-up program untuk mewujudkan rumah layak huni di Kabupaten Probolinggo. Sehingga bantuan dari tingkat provinsi bahkan pusat sukses dibawa ke Kabupaten Probolinggo.
“Dulu target Bupati, hanya seribu rumah per tahun yang diperbaiki dengan diberi stimulan dan menjadi rumah layak huni. Namun, karena komitmen dan konsistensi bersama, Alhamdulillah, setiap tahun bisa lebih dari dua ribu rumah yang diperbaiki,” ungkap Mantan Kepala Badan Lingkungan Hidup ini.