Duka Kobul Mengingat Mendiang Istrinya Dibebat Bak Mumi Mesir

1022

 

Bangil (wartabromo.com) – M. Kobul (38), warga Dusun Benyok Desa/Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan mengaku masih berduka, tidak tega saat mengingat sekujur tubuh istrinya dibebat perban, bak mumi Mesir. Iapun menduga-duga penanganan medis RSUD Bangil menyalahi prosedur, terutama saat memberikan obat yang harus diminum istrinya, selama menjalani perawatan.

Diungkapkan oleh Kobul, jika Nurul Aini (35) istrinya, meninggal dalam perawatan medis rumah sakit ini, dengan kondisi tubuh tidak wajar. Ia pun menunjukkan sebuah gambar Nurul Aini saat dirawat.

Pada gambar, terlihat tubuh mendiang istrinya itu dibalut perban bak mumi Mesir. Beberapa bagian tubuh terlihat menghitam dan basah.

Dikatakan, istrinya tiga kali keluar masuk rumah sakit Bangil. Dengan terbata-bata, Kobul menceritakan awal istrinya masuk rumah sakit Bangil, untuk mendapatkan pertolongan persalinan anak keduanya, pada 14 Agustus 2017 lalu.

“Waktu itu, diputuskan operasi cesar. Anak kedua saya lahir dan istri seminggu disini (dirawat di RSUD Bangil),” terang Kobul.

Baca Juga :   Usung Upaya Pencegahan, KPAI Sebut UU Terorisme Perlu Diamandemen

Semasa pulang dari perawatan persalinan, ia beberapa kali melakukan kontrol atau rawat jalan. Dan dikatakan, istrinya selalu rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan pihak rumah sakit Bangil. Selanjutnya, setelah satu bulan berada di rumahnya di Beji, tanpa diduga-duga, tubuh Nurul Aini muncul bercak dan melepuh seperti luka bakar.

Ia pun mencoba mengobati dengan membawa ke rumah sakit plat merah ini. Sampai disitu, tim medis membebat seluruh tubuhnya dengan perban hingga mirip mumi.

“Ini foto (mirip mumi) pertama kali masuk rumah sakit karena luka di sekujur tubuh istri saya. Sungguh saya sedih mengingat itu,” katanya kemudian.

Sekitar satu minggu, istrinya dirawat dan ditangani ahli kulit. Diperkirakan kondisi luka mulai membaik sehingga diputuskan untuk pulang.

Baca Juga :   Ditinggal Belanja, Warung dan Mobil Ludes Dilalap Api

Lagi-lagi, setelah tiga mingguan di rumahnya, kulit melepuh istrinya kambuh lagi. Tanpa pikir panjang, Nurul Aini kembali dilarikan ke RSUD ini untuk mendapatkan pertolongan.

Hanya saja, di sela-sela perawatan, mental Kobul sempat tertekan. Pasalnya, beberapa perawat atau paramedis, justru mengatakan untuk merelakan saja, seperti menggambarkan kepadanya, Nurul Aini menunggu ajal.

Sikap paramedis itu dianggapnya tidak membantu upaya penyembuhan. Hingga pada Minggu (29/10/2017) dini hari, istri tercinta Kobul itu, menghela nafas terakhir, setelah sekian lama menderita.

Disisi lain, Kobul yang saat itu didampingi pengacara M. Sholeh, kemudian menduga-duga, tim medis rumah sakit tidak memperhatikan kondisi dan daya tahan tubuh istrinya, kala memberikan obat untuk dikonsumsi.

Pasalnya, sepatutnya dokter atau paramedis lebih mengetahui, cara menangani kondisi kesehatan yang dialami Nurul Aini.

“Pihak rumah sakit punya kewajiban untuk memberi tahu kepada pasien, bahwa obat ini punya resiko kalau tidak tahan, tubuhnya bisa melepuh. Jadi harus dijelaskan,” ujar M. Sholeh menambahkan.

Baca Juga :   1325 Tenaga K2 Non PNS dan Guru Terpencil Terima Intensif

Kini, Kesedihan kehilangan istri masih bergelayut. Kobul pun mengungkapkan kebingungannya lantaran juga harus fokus merawat dan berusaha membesarkan kedua anaknya yang masih kecil.

Sementara, Wakil Direktur Pelayanan RSUD Bangil, Jundi Agustoro menyebutkan belum mendapatkan dugaan malpraktik seperti yang telah disangkakan.

Ia memperkirakan, Nurul Aini menderita Stevens-Johnson syndrome (SJS), penyakit akibat alergi atau infeksi, sebagai hipersensitivitas kompleks pada kulit.

SJS, selama ini dikenal sebagai momok di dunia medis lantaran belum ada obat yang mampu untuk dijadikan penyembuh.

Penanganan terhadap seorang yang terkena sindrom ini, oleh tim medis pada umumnya hanya diberikan upaya bantuan medis, bersifat meringankan atau bahkan menghindarkan penderita mengalami luka lebih parah. (ono/ono)