Probolinggo (wartabrom.com) – Sejumlah tokoh lintas agama di Kota Probolinggo mengecam aksi kekerasan atas Etnis Rohingya di Myanmar. Senin (4/9/207) siang. Wujud kecaman dilakukan dengan menandatangani kesepakatan bersama untuk bersikap dan menuntut dihentikannya aksi kekerasan itu.
Penandatanganan kesepatakan dilakukan di Klenteng Tri Dharma Sumber Naga, Kota Probolinggo. Hadir sejumlah tokoh lintas agama, diantaranya Ketua MUI Kota Probolinggo KH Nizar Irsyad AF, Ketua FKUB Abdul Halim, Wakil Ketua PCNU Ahmad Hudri dan Wakil Ketua PD Muhammadiyah Maskhodi.
Kemudian ada pengurus Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Budi Harsono, pengurus PITI Bintagus, Gereja Katolik Thomas, Gereja Protestan Philip, dan Ketua PHDI Nengah Windia. Serta Kepala Kemenag Mufi Imron Rosyadi dan Kapolresta Probolinggo AKBP. Alfian Nrurizal.
Pertemuan ini merupakan langkah antisipasi pasca aksi geonosida militer Myanmar terhadap etnis Rohingya.
Utamanya adalah untuk tetap menjaga kondusifitas Kota Probolinggo. Diketahui aksi geonosida di Myanmar, sebelumnya juga pernah terjadi di negara Bosnia Herzegovina.
Hal ini berpotensi dapat dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk dihembuskan menjadi isu konflik agama ke wilayah NKRI, khususnya Kota Probolinggo.
“Kita ketahui bersama saat ini marak adanya pemberitaan hoax. Terindikasi adanya agenda setting untuk menyebarkan ujaran kebencian sehingga masyarakat terprovokasi,” kata Kapolresta Probolinggo AKBP. Afian Nurrizal.
NU, menurut Wakil Ketua PCNU Ahmad Hudri, telah mengeluarkan pernyataan sikap yang tidak membenarkan aksi kekerasan terhadap umat muslim Rohingnya.
“Toleransi terhadap umat beragama sangat diperlukan karena Indonesia terdiri dari berbagai macam agama. Seluruh warga NU tidak akan melaksanakan aksi turun jalan, namun akan melaksanakan aksi sosial,” ujar pria yang juga Ketua KPUD Kota Probolinggo ini.
Umat Budha di Kota Probolinggo sendiri, menurut Budi Harsono sangat mendukung langkah- langkah pihak keamanan untuk menjaga kerukunan umat beragama. Ia berharap issu yang berkembang di Myanmar yakni umat Budha vs umat Islam, tidak berkembang di Indonesia.
“Kami berharap hubungan baik yang terjain di sini tidak rusak oleh isu yang berkembang. Besok, kami akan melaksanakan pembagian sembako kepada warga tidak mampu dalam rangka hari ulang tahun TITD Sumber Naga,” terang Budi.
Selain kesepakatan bersama untuk menghentikan aksi kekerasan, dalam pertemuan ini juga disepakati untuk menggalang dana. Kegiatan penggalangan dana akan dikoordinir oleh FKUB untuk disalurkan kepada korban geonisida Rohingya di Myanmar.
Sementara itu, sebelumnya keprihatinan terhadap pembantaian warga Rohingya juga disikapi Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Probolinggo dengan menganjurkan umat muslim di Kota Probolinggo, melaksanakan salat gaib dan membaca Qunut Nazilah.
Ketua MUI Kota Probolinggo KH Nizar Ilyas, menentang keras tindakan militer Myanmar karwna merupakan pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Pembantaian itu tergolong genosida atau pemusnahan massal etnis Rohingya yang merupakan pemeluk agama Islam.
“Kami (MUI Kota Probolinggo, red) mengecam keras pembantaian warga Rohingya di Myanmar. Indonesia harus melakukan upaya diplomasi untuk menghentikan pembantaian ribuan muslim di Rohingya,” kata Kyai Nizar. (fng/saw)