Pandaan (wartabromo) – Suasana berbeda terlihat di Dusun Klangkung, Desa Nogosari, Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan, Kamis (17/08/2017) siang. Mayoritas masyarakat di desa ini tampil beda dibandingkan hari-hari biasanya.
Pria, Wanita, muda, tua, anak-anak kompak mengenakan baju-baju ragam budaya Indonesia. Ternyata mereka ini sedang mengikuti Gelar karnaval budaya dan Tasyakuran Desa untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke-72. Tahun ini, tema yang diusung adalah “Aku cinta Indonesia”.
Life style masyarakat yang tidak biasa ini sontak menarik perhatian pengguna jalan yang kebetulan melintas. Wajar saja, karena masyarakat desa ini memang berlomba untuk tampil semenarik mungkin. Sebab, panitia menjanjikan hadiah bagi masyarakat yang tampil menarik dan nyentrik.
Alhasil, beberapa tampilan masyarakat pun mengundang perhatian. Bahkan, ada beberapa tampilan kostum yang digunakan itu menjadi bahan tertawaan. Ada yang mengenakan kostum TNI lengkap dengan persenjataannya. Ada juga yang dandan layaknya Siluman Karang Suwung.
Kostum Siluman tersebut yang paling banyak mengundang tawa. Penyebabnya, karena si pengguna kostum dan berdandan ala siluman itu sebenarnya tidak mengetahui wujud dan bentuk siluman karang suwung. Si pemakai hanya memperkirakan bentuk dan wajah siluman tersebut.
Padahal, sesuai dengan cerita legenda, Siluman karang suwung merupakan siluman penjaga sebuah karangan yang berada di desa ini.
“Siluman ini berbentuk Ular dan saat berjalan, tiap langkahnya itu berbunyi dung-dung-dung,” cerita Kartono, seorang warga setempat saat berusaha menjelaskan ke WartaBromo.com tentang siluman itu.
Selain kostum dan dandanan ala siluman, ada beberapa dandanan dan kostum lain yang juga mengundang tawa. Mulai yang berdandan ala pocong, ibu-ibu jadi dokter, pria jadi ibu hamil, para ‘tentara kardus’. Masyarakat berpakaian unik dan nyentrik ini melakukan pawai berkeliling desa.
Di sepanjang perjalanan, panitia, menyiapkan sebuah replika berbentuk gunung. Replika gunung ini berisikan buah, seperti salak, dan masih banyak jenis buah lainnya. Buah ini boleh diambil dan dimakan. Tak butuh waktu lama, replika ini diserbu masyarakat yang ingin mendapatkan buah secara gratis tersebut.
Gunar Siswoko, Anggota BPD Nogosari, mengatakan, untuk membuat replika buah itu, pihaknya menyiapkan 100 kg buah-buahan segar. Menurutnya, buah itu memang sengaja disiapkan untuk membuat tumpeng atau replika gunung.
“Ini merupakan bentuk syukur kami. Jadi selain mengisi kemerdekaan, kami juga ingin bersedekah dan berbagi untuk sesama,” katanya, usai kegiatan.
Dia mengatakan, kegiatan pawai, tumpeng buah ini sudah menjadi agenda rutin bagi warga saat peringatan HUT Kemerdakaan RI.
“Tahun ini, pawai karnaval diikuti 6 RT dengan jumlah sekitar 1500 peserta. Inti kegiatan ini, kami berharap agar kekompakan tetap terjaga antara masyarakat desa dan mari bersama-sama membangun desa sesuai tema HUT RI 72 yakni kerja bersama,” tutupnya. (fik/ono)