Sukapura (wartabromo.com) – Permasalahan sampah di kawasan Gunung Bromo kerap kali menjadi problem sendiri. Tidak hanya merusak pemandangan bagi wisatawan, tapi juga mengancam ekosistem di kawasan Gunung Bromo. Menyikapi hal itu, sejumlah aktivis lingkungan mendesak TNBTS segera membuat regulasi yang tegas terkait sampah.
Desakan salah satunya dari Miko, relawan Sahabat Bromo yang menuturkan, bahwa aturan itu sangat dibutuhkan untuk diterapkan di kawasan Gunung Bromo agar dapat menjaga ekosistem dan lingkungan.
“Termasuk para pedagang yang berjualan ke Gunung Bromo, harus menyediakan tempat sampah dan bertanggung jawab atas sampah. Karena pengunjung mendapatkan makanan dari pedagang,” tutur Miko kepada wartabromo.com, Rabu (19/7/2017).
Terkait masalah sampah, Kepala Seksi Wilayah I Balai Besar TNBTS, Sarmin mengatakan kondisi ini jelas sudah dipikirkan oleh pihaknya selaku pengelola kawasan Gunung Bromo.
Rencananya TNBTS akan menyortir barang bawaan pengunjung yang akan ke Gunung Bromo.
“Ini yang sudah diterapkan untuk pendaki ke Gunung Semeru, tapi untuk kawasan Gunung Bromo masih belum diterapkan karena bertahap,” terang Samin.
Selanjutnya Ia mengatakan tumpukan sampah saat Yadnya Kasada yang sempat menjadi perhatian wisatawan beberapa waktu lalu, diakui berasal dari warga suku Tengger yang membawa sesaji diantaranya berupa makanan untuk prosesi adat.
Tak hanya itu, adanya pedagang di laut pasir juga turut menyumbang morat maritnya sampah.
“Kami beri kesempatan untuk pedagang tiga hari, bukan setiap hari, karena memang sampah yang dikumpulkan petugas merupakan bungkusan makanan dari para wisatawan,” jelas Sarmin.
Meski begitu, pihaknya kedepan akan tetap memberlakukan aturan yang cukup tegas soal sampah, apalagi kawasan TNBTS merupakan kawasan konservasi.
“Tapi butuh proses dan bertahap,” tandas pria asal Malang ini.
Sementara itu, Camat Sukapura, Yulius Christian, mengatakan hal seperti ini tidak bisa dilakukan hanya sebatas Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, tapi juga dibutuhkan peran dan kerjasama daerah lain seperti Pasuruan, Malang dan Lumajang.
“Karena setiap daerah juga mempunyai tempat masuk, perlu sinergi untuk mengatasi sampah ini,” jelas mantan Kabag Kominfo ini. (saw/saw)