“Wak Kaji Ruslan termasuk wak kaji yang cerdas. Naik haji ke Makkahnya sekali atau dua kali saja. Selebihnya, Wak Kaji Kran ini menunaikan haji di Indonesia. Wukufnya di tengah-tengah kaum dlua’fa’, thowafnya dari satu rumah ke rumah para yatim, janda—tua–, panitia pembangunan masjid, pengurus pesantren. Melempar jumrahnya dengan gebokan uang, beras, semen, pasir atau program pemberdayaan ekonomi umat. Sebab setan yang paling setan di zaman ini, adalah kemiskinan. Tahallulnya mencukur limbah rejeki yang menempel pada kepribadiannya. Dibuang melalui kota-kotak amal, melalui amplop kosong para penggali dana pembangunan surau atau pesantren. Makanya, kita sangat kehilangan jika wak kaji kran yang mengucurkan karunia Allah ke sekitarnya seperti beliau ini buru-buru minta jemput Gusti Allah.” Ujar Gus Hafidz.
“Ila ruhi Wak Kaji Ruslan, al faaaatihah!” lanjut Gus Hafidz disambut bacaan fatihah para peminum kopi itu.
*Tulisan di atas merupakan anekdot semata.Tidak ada maksud untuk menyinggung siapapun dan bertujuan untuk hiburan dan hikmah.
Segenap keluarga besar redaksi wartabromo mengucapkan turut berduka cita atas wafatnya HM. Roeslan. Semoga Amal Baik dan Ibadah Beliau diterima di sisi-Nya. Amin
Penulis : Abdurrozaq/wartabromo