Tiris (wartabromo.com) – Bagi yang ingin bernostalgia dengan kejayaan kerajaan di masa lampau, tak salah kiranya untuk mengunjungi Candi Kedaton. Candi yang berlokasi di Dusun Lawang Kedaton, Desa Andung Biru, Kecamatan Tiris ini, bercorak khas Hindu yang berukuran 6 meter persegi dan memiliki tahun yang tertulis di tangganya.
Kawasan Candi Kedaton berada di atas lahan seluas 50 meter meter persegi. Kawasan tersebut tampak asri. Candi dikelilingi pagar dan kawat untuk mencegah orang-orang tidak bertanggung jawab.
Konon dulunya, Candi Kedaton merupakan tempat ibadah Hindu sekte Shiwa. Candi Kedaton adalah salah satu candi unik yang terbuat dari batu Andesit. Candi ini dibangun sekitar akhir abad XIV, dimana pada relief yang terdapat di bibir tangga tertulis 1292 Saka atau 1370 M. Candi Kedaton berbentuk batur hanya mempunyai kaki candi saja. Kemungkinan dulu ada atapnya yang tidak permanen.
Wisatawan dapat melihat relief yang menceritakan berbagai kisah. “Candi ini memiliki 33 relief di kaki candi, selain cerita tentang Garudeya, terdapat pula beberapa relief yang tertulis seperti, Arjunawiwaha dan Bhomakwya,” ujar Juru Pelihara Niman, Sabtu (18/2/2017)
Di Candi Kedaton, hampir di tiga sisinya terdapat cerita relief yang menyimpan misteri masa lalu. Yaitu kisah Arjunawiwaha di sisi barat, yang menceritakan tentang Arjuna yang bertapa mencari senjata sakti. Pada saat bertapa diutuslah 2 bidadari cantik oleh para dewa untuk menggoda Arjuna. Bidadari ini merayu Arjuna dengan segala cara tetapi Arjuna tidak bergeming dari pertapaannya.
Kemudian ada kisah Garudeya di sisi selatan. Yakni, relief yang memperlihatkan garuda sedang menghaturkan sembah kepada ibunya. Sayangnya, bagian atas dan bawah relief telah hilang. Ada juga kisah Bho Mantaka atau Bhomakawya di sisi timur. Relief itu menceritakan tentang Sri Khrisna yang hendak membunuh Bhoma dalam sebuah perang. Itu terlihat dari gaya Krishna memegang senjatanya berupa Cakra Sudharsana.
“Banyak cerita di dinding kaki candi yang dipenuhi relief yang menceritakan kejadian pada zaman jawa kuno,” ujar Agus Subiyanto, pemandu wisata asal kecamatan setempat. (saw/saw)