Pasuruan (wartabromo.com) – Keluhan masyarakat terkait biaya parkir berlangganan terus didengungkan. Banyak warga yang berharap agar parkir berlangganan yang dibayarkan setiap tahun dihapuskan karena acapkali tak bisa dilaksanakan secara maksimal di lapangan. Bagaimanakah, para juru parkir bekerja sesungguhnya di lapangan?.
Menjadi seorang juru parkir, sudah ditekuni oleh Misnan (48), warga Desa Jogonalan, Kecamatan Pandaan Kabupaten Pasuruan sejak tahun 2001 silam.
Ia menekuni profesi sebagai juru parkir dan mendapat gaji perbulan Rp 500 ribu dari Dinas Perhubungan Kabupaten Pasuruan.
Meskipun sudah lama berprofesi menjadi juru parkir, ia tidak pernah mengeluh. Ia menjalani aktifitasnya sebagai seorang juru parkir semata – mata hanya untuk menafkahi dan menyekolahkan ketiga anaknya yang duduk dibangku Sekolah Dasar, SMP dan SMA.
“Perbulan saya mendapat gaji 500 ribu rupiah. Ya disukuri saja mas,” kata Misnan saat ditemui kepada wartabromo.com di tempat kerjanya di jalan raya R.A Kartini, Pandaan, Selasa (3/1/2017).
Menariknya, meski mendapatkan gaji perbulannya, Misnan yang berseragam itu masih harus setor atau istilahnya membeli karcis seharga Rp 100.000 serta melakukan pengajuan perpanjangan lahan parkir tiap tahun kepada Dishub Kabupaten Pasuruan agar tetap bisa berprofesi sebagai juru parkir.
“Kita tiap bulan beli karcis seharga 100 ribu dan juga tiap tahun melakukan pengajuan perpanjangan seperti kontrak kerja kepada pihak Dishub,” ujarnya.
Misnan mengaku lebih enak menjadi juru parkir resmi dari pada menjadi juru parkir liar. Menurutnya menjadi juru parkir liar mempunyai resiko tinggi bertengkar dengan para pengguna jasa parkir.
“Lebih enak sekarang mas. Kalo dulu minta uang parkir bertengkar dulu. Sekarang ya gak berani ada aturannya. Jadi kita gak bisa main semprit sembarangan,” jelasnya.
“Saya bekerja menjadi seorang tukang parkir sudah lama mas. Kurang lebih mulai tahun 2001,” kata Misnan saat ditemui wartabromo.com ditempat kerjanya, Selasa (3/1/2017).
Namun, meskipun sudah lama berprofesi menjadi juru parkir, ia tidak pernah mengeluh. Ia menjalani aktifitasnya sebagai seorang juru parkir semata – mata hanya untuk menafkahi dan menyekolahkan ketiga anaknya yang duduk dibangku Sekolah Dasar, SMP dan SMA.
“Iya gak papa mas. Ini juga saya lakukan untuk menafkahi dan menyekolahkan anak-anak saya,” ungkapnya.
Misnan sendiri memiliki 4 orang anak. Yang paling besar sekarang sudah bisa membantu untuk menambah pemasukan keluarganya.
“Alhamdulillah mas. Anak saya yang paling besar sudah bekerja dan bisa menambah pemasukan di keluarga kami, ” tutupnya.
Menjadi juru parkir berlangganan, ia juga kadang menerima pemberian dari para pengendara yang parkir ditempatnya jaga. Namun, ia mengaku tidak berani menarif harga dilahan parkirnya dikarenakan ia sudah menerima gaji tetap setiap bulan.
“Saya gak berani pasang tarif mas, jika dikasih ya tak ambil kalau tidak ya gak apa apa. Mungkin sehari dapat Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu, ” terangnya. (ros/yog)