Firman Murtado mulai heran dengan gelagat Gus Hafidz. Ini bukan Gus Hafidz! Batin Firman. Tak biasa kiai muda itu ceplos-ceplos begini. Ini siapa sebenarnya? Jin, malaikat, atau jangan-jangan Nabi Hidir?
“Kalau kaum lidah beracun itu semisal tukang becak, agaknya sedikit pantas. Tapi ini kebanyakan malah orang-orang yang ijazahnya tinggi, kok. Apa kita ini terlalu banyak nganggur sehingga agenda utek-utek gadget bisa berlangsung kapan saja? Apa kita ini kemaruk, kepingin didengar, diakui kritis dan militant? Kalau NKRI buyar baru mikir nanti.” Firman Murtado makin yakin ada yang tak beres.
“Saya akan kirim surat sama menhamkan atau siapa. Saya sarankan kaum lidah beracun dibedil.”
“Assalamu alaikum!” Gus Hafidz tiba-tiba berdiri, membayar kopi lalu keluar warung. Beberapa langkah, setelah terhalang pohon kersen, Gus Hafidz menghilang, tapi Firman Murtado tak berani bilang siapa-siapa.
Penulis : Abdur Rozaq