Prigen (wartabromo) – Cahaya sinar matahari yang baru muncul menyinari permukaan bumi, menjadi panorama yang luar biasa indah di komplek Candi Indrakila ini. Tak heran jika Sang Putra Fajar semasa mudanya dulu, sering kali mendatangi situs yang diperkirakan jauh lebih tua dibanding situs Jalatunda di Gunung Penanggungan.Suasana yang heninh dan tenang, benar-benar klop dipadu panorama yang indah saat matahari mulai menyinari bumi. Inilah yang membuat pengunjung betah berlama-lama menikmati sejuknya hawa pegunungan Arjuna dengan lembah dan ngarai serta dataran rendah yang tampak dari kejauhan.
Tapi sayang, jejak sejarah makin memudar dari komplek situs yang diperkirakan jauh lebih tua dari Jalatunda ini. Lantaran banyaknya arca yang hilang dari tempat itu.
Dari penuturan juri kunci, Dul Azis, keberadaan komplek Candi Indrakila ini tidak diketahui persis kapan didirikannya. Namun dia meyakini, komplek candi itu sudah ada jauh sebelum jaman Kerajaan Kahuripan. Hal itu didasarkan dari susunan bebatuan yang terdiri dari batu hitam, putih dan merah.
“Susunan bebatuan pada bangunan candi itu menunjukkan usia bangunan. Bebatuan yang ada terdiri dari batu merah, batu putih dan batu hitam yang berukir dengan berbagai motif. Itu yang saya laporkan ke Trowulan,” kata juru kunci, Dul Aziz.
Selain susunan bebatuan yang ada, tuanya Candi Indrakila ini juga didasari keberadaan sebuah goa yang konon sudah ada sebelum Prabu Airlangga bertahta menjadi Raja Kahuripan.
“Awalnya goa itu bernama goa tetes banyu penguripan di lokasi hutan alas gombal arum. Konon Raja Airlangga yang bertapa di Candi Indrakila ini, mendatangi goa itu dan menemukan kinang sirih, sehingga dinamai Goa Gambir. Makanya di banding Jalatunda yang menjadi petilasan Prabu Arilangga, tempat ini lebih tua,” terang Dul Azis.
Dari keterangan seorang peziarah yang mengaku mendapat informasi dari orang tua yang pernah berkunjung pada tahun 1964. Kondisi candi saat ini jauh berbeda dibanding pada 1964. Banyak arca yang hilang.
Paling mencolok adalah keberadaan dua arca raksasa yang berada di kanan-kiri tangga berundak menuju situs Begawan Ciptaning atau pendapa pamujan. Dua arca yang membawa gada itu sudah hilang tak berbekas.
Dulu untuk melewati tangga berundak yang menuju situs Begawan Ciptaning, orang yang masuk harus berjalan miring, agar tidak terhimpit dua arca itu.
“Kalau saya menjadi juru kunci baru sekitar Tahun 1990-an menggantikan ayah saya. Semasa kakek saya menjadi juru kunci, katanya dulu memang banyak arca yang sudah hilang, dijarah orang-orang yang tidak bertanggung jawab,” imbuh Dul Azis.
Selain komplek Candi Indrakila ini, sekitar 400 meter di atasnya, terdapat komplek Candi Panji Laras yang terdapat goa gambir. Para peziarah religi meyakini, komplek Candi Panji Laras ini adalah gambaran dari kehidupan, menyelaraskan kehidupan manusia dengan alam sekitarnya. (hrj/hrj)