Gading (wartabromo) – Ratusan santri Padepokan Dimas Kanjeng di Probolingggo masih bertahan pasca penangkapan Taat Pribadi, sang pemimpin. Mereka tetap beraktivitas seperti biasanya dan tidak terpengaruh dengan penangkapan itu.
Ternyata, tak mudah bagi masyarakat untuk menjadi santri padepokan yang berlokasi di Dusun Cangkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading ini. Mereka harus menyetorkan uang mahar minimal senilai Rp30 juta ke padepokan.
Berdasarkan penuturan Agung, salah satu santri asal Purwakarta Jawa Barat, ia dan para santri lainnya yang berasal dari berbagai daerah di nusantara datang ke padepokan untuk berguru ilmu agama. Rata-rata para santri ini diajak berguru ke Dimas Kanjeng Taat Pribadi oleh koordinator padepokan yang terdapat di daerah masing-masing.
“Awalnya saya diajak oleh teman dan akhirnya berguru di sini setelah sebelumnya berpindah-pindah dari beberapa pesantren. Ya saya merasa ikhlas dan tidak ada beban ketika berada disini,” ujar pensiunan pegawai yang pernah bertugas di Waduk Jatiluhur ini.
Namun untuk menjadi seorang santri padepokan, mereka harus membayar mahar kepada pimpinan padepokan lewat koordinator. Nominal mahar ini bervariasi, minimal Rp30 juta per orang.
“Saya dari Palembang bersama tujuh teman. Untuk nyantri di sini saya bayar mahar sebesar tiga puluh juta. Namun, ada juga yang lebih, tergantung pada tingkatannya,” tutur Ahmad, santri asal Palembang.
Hingga Sabtu pagi (24/9/2016), polisi bersenjata lengkap menjaga padepokan dengan ketat. Ditreskrimum Polda Jatim mencium aroma Taat Pribadi tak hanya menjaadi otak pembunuhan dua santrinya, namun juga terlibat dalam penggelapan dan pemalsuan uang. (saw/fyd)