Pasuruan (wartabromo) – Petani garam di Kota Pasuruan akhirnya bisa panen walaupun cuaca kurang bersahabat karena kemarau basah. Namun, petani masih dihadapkan masalah pelik soal harga jual yang tak kunjung terdongkrak.
Harga jual garam untuk wilayah Kota Pasuruan masih di kisaran Rp 500 untuk KP3 (yang tidak memakai geo isolator), Rp 550 untuk KP 2 (yang memakai geo isolator), serta Rp 700 untuk garam KP I.
“Garam Kota Pasuruan masih tergolong dalam KP 2 dan 3, lantaran harga garam masih dikuasai oleh tengkulak,” kata Asep Suryatna, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Pasuruan, Jumat (16/9/2016).
Asep mengatalan jika semua petani memakai geo isolator, maka harga jual garam di Kota Pasuruan akan masuk KP I, sehingga akan semakin meningkatkan kesejahteraan petani garam itu sendiri.
Dari total lahan garam potensial seluas 114,34 hektar, baru 20% yang menggunakan teknik geo isolator yang merupakan bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI, melalui program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR). Juga ada perbaikan saluran air bahan baku garam, agar debit air bahan baku garam tetap tinggi.
Menurut Asep, dengan geo isolator, hasilnya dapat meningkat 30 persen dibanding dengan cara yang selama ini dilakukan petani. Selain itu harga jualnya juga tinggi dengan selisih sekitar Rp 50-Rp 100 dengan yang tak menggunakan geo isolator.
Lahan garam Kota Pasuruan tersebar di Kelurahan Kepel seluas 12,05 ha, Kelurahan Tapaan 14,49 ha, Kelurahan Gadingrejo 5,1 ha, Kelurahan Ngemplakrejo 14,58 ha, Kelurahan Panggungrejo 22,21 ha, serta terluas di Kelurahan Mandaranrejo, yakni 48,91 ha. Terdapat enam kelompok pengembangan usaha garam rakyat di Kota Pasuruan yang telah berbadan hukum serta terdaftar di Kemenkunham.
Karena cuaca buruk, produksi garam Kota Pasuruan tahun ini menurun. Tahun lalu hingga bulan Agustus petani panen sebanyak 1734 ton, sedangkan tahun ini hingga Agustus total panen garam masih 540 ton. (mil/fyd)