Kraksaan (wartabromo) – Anomali cuaca membuat petani garam di kawasan Kecamatan Kraksaan, merugi. Mereka belum bisa bertani garam sebagaimana musim kemarau di tahun-tahun sebelumnya.
Kemarau basah membuat hujan masih sering mengguyur kawasan ladang garam di Desa Kebonagung, Kecamatan Kraksaan. Padahal, kemarau adalah saat yang tepat bagi petani menguapkan air laut dan merubahnya menjadi butiran garam. Melakukan proses itu, petani membutuhkan panas matahari yang cukup terik.
“Sekarang belum bisa produksi garam, karena hujan masih turun. Tidak seperti musim kemarau sebelumnya,” kata salah satu petani garam, Abdul Latif, Minggu (13/8/2016).
Dengan cuaca tak tentu seperti sekarang, produksi garam di Kabupaten Probolinggo terlambat sampai tiga bulan lebih. Tahun sebelumnya, para petani garam pada bulan April sudah turun ke tambak untuk menyiapkan lahan dan panen sejak bulan Mei.Kemudian produksi akan mengalami puncak di bulan Agustus-September.
“Tapi musim ini sampai sekarang (bulan Agustus) belum pernah sekalipun panen,” jelasnya saat ditemui di lahan tambak niliknya.
Petani itu memperkirakan, produksi garam tahun ini tidak akan maksimal. Dulu, dua hektar lahan garam bisa mencapai 30 ton sekali panen. Tapi musim sekarang produksi diperkirakan hanya sampai setengahnya. Petani hanya bisa gigit jari, meskipun harga garam sekarang sedang bagus, yakni Rp 500 per kilogram.
“Padahal harga garam sedang bagus, tapi panen tidak bisa maksimal karena cuaca tidak menentu,” timpal Samuri, rekan sesama petani garam. (saw/fyd)