Pasuruan (wartabromo) – Langit duka menyelimuti Ponpes Roudlatul Ulum dan kaum Nadliyin. Para peziarah mulai berdatangan ke rumah duka di Desa Besuk Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan, Sabtu (30/6/2016) malam.
Para santri dan kaum Nadliyin telah kehilangan sosok ulama kharismatik yang selama ini menjadi panutan dan jujugan untuk meminta nasehat dan fatwa terkait berbagai persoalan. KH. Muhammad Subadar telah dipundut oleh Allah SWT sekira pukul 19.43 Wib, Sabtu (30/7/2016).
Semasa hidup, banyak orang yang selama ini mengenal sosok KH. Mas Subadar sebagai salah satu Kyai Khos Nahdhlatul Ulama.
Beliau ditunjuk oleh para Kiai Khos yang disepuhkan-, seperti KH. Muchith Muzadi (Jember), KH Kafabihi Mahrus, KH Idris Marzuki, KH Chamim Sujono dan KH Anwar Iskandar (Kediri), KH Noer Mohammad Iskandar SQ (Jakarta), KH Zainuddin Djazuli dan KH Nurul Huda Djazuli (Ploso, Kediri), KH M. Hasan Mutawakkil Alallah (Ponpes Genggong, Probolinggo), KH. Warson Munawwir (Krapyak, Yogyakarta) sebagai juru bicara forum kiai khos NU.
Sikapnya yang teguh dan senantiasa berpegang teguh pada koridor kajian fiqh klasik, itulah yang menyebabkan sosok Kiai yang akhirnya ditakdirkan tutup usia pada 74 tahun ini sering dilibatkan dalam bahstul masa’il (pembahasan masalah) yang diselenggarakan oleh Nahdhlatul Ulama
KH. Mas Subadar adalah sosok kyai yang menghabiskan waktunya untuk selalu memikirkan ummat sejak muda.
Ia mulai berkiprah dalam organisasi NU pada tahun 1967. Mula-mula ia di IPNU, dua tahun kemudian namanya langsung mencuat sebagai ketua GP Anshor Pasuruan.
Aktivitasnya di organisasi sempat terhenti setelah menikahi Aisyah pada tahun 1969. Baru pada kisaran 1976 Subadar kembali terjun dalam kegiatan organisasi dan sekaligus mengemudikan kepemimpinan pesantren Raudhotul Ulum. Pada tahun 1980, ia terpilih sebagai Rois Syuri’ah NU Cabang Pasuruan, terakhir beliau menjadi salah satu Rois Syuri’ah PBNU.
Selain di tengah kesibukannya mengelola organisasi NU, semasa hidup ia tak melupakan tugas utamanya yakni mengajar santri. Pengasuh Pondok Pesantren Raudhotul Ulum ini, setiap pukul 06.00 sampai siang banyak mendampingi santri putra dan putri, terutama mengajar kitab-kitab tasawuf seperti Ihya Ulumiddin, Bidayah An-Nihayah dan lain-lain. Sementara dari sore sampai malam hari, ia selalu memenuhi undangan pengajian.
Kini, sosok kyai sepuh ini telah dipanggil kembali ke hadirat Allah SWT setelah menderita sakit dan dirawat di RS Darmo Surabaya sejak tanggal 13 Juli lalu.
Rencananya, jenazah akan dimakamkan pada hari Minggu (31/7/2016) besok sekitar pukul 13.00 Wib di komplek makam keluarga Ponpes setempat.
Pantauan wartabromo, hingga malam ini, para pelayat mulai berdatangan. Jenazah telah dimandikan sekira pukul 20.30 Wib, tadi. (yog/yog)