Sukapura (wartabromo) – Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung, kembangkan penelitian udara gas beracun gunung api Bromo. Langkah ini diambil seiring terjadinya fase erupsi panjang gunung api setinggi 2.329 mdpl ini.
Minggu siang (24/07/2016), kepulan asap putih tebal masih terus keluar dari mulut kawah gunung Bromo di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura. Tingginya asap yang keluar kali mencapai 300 meter dari permukaaan kawah, mengarah ke barat dan barat laut atau sekitar Malang.
Fase erupsi Bromo yang terus berkepanjangan ini, membuat tim pemantau khusus dari PVMBG Bandung gunakan metode baru. Mereka tidak hanya melihat setiap perkembangan secara siesmograf maupun deformasi. Untuk melihat kadar kegempaan maupun suhu udara dari dalam kawah.
Lebih dari itu, tim khusus ini tengah memantau secara intens kadar racun yang ditimbulkan gunung Bromo melalui udara. Sebab kondisi Bromo yang cenderung fluktuatif dan kerap asapnya lebih menipis tidak menunjukan adanya penurunan. Justru yang terjadi adanya kadar racun Bromo yang kian naik volumenya.
“Jika sebelumnya rata-rata kandungan SO2 (sulfur dioksida) atau zat racun bromo hanya 180 ton per hari. Saat ini meningkat menjadi 200 ton per hari, mengikuti kelembapan suhu dan arah udara. Ini menandakan aktivitas vulknaik dalam kawah Bromo tinggi,” ujar Umar Rosadi, Kepala Tim Pemantau Bromo PVMBG Bandung.
Sementara itu, hingga siang ini volume pengunjung di tempat wisata Bromo di Dusun Cemoro Lawang masih ramai. Sejak perayaan Yadnya Kasada empat hari lalu, eksotika gunung api aktif ini masih jadi magnet primadona bagi wisatawan.
Hingga kini, status erupsi Bromo yang berlangsung sejak Oktober 2015 ini masih waspada level dua. Jarak aman bagi warga dan wisatawan direkomendasikan dalam radius satu kilometer. (saw/fyd)