Purwosari (wartabromo) – Pondok pesantren ngalah mempunyai beragam kegiatan ekstra yang mendukung para santri untuk berkreasi, mulai dari drum band, albanjari, grup musik dan lain sebagainnya. Ektra tersebut untuk menunjang minat dan bakat santri di bidang musik. Namun disini yang menarik yaitu grup musik yang bernama Gema Nada Sholawat Darut Taqwa atau yang lebih di kenal sebagai GD yang mulai dikenal oleh masyarakat Jawa Timur.
Grup musik GD sendiri berawal dari salah satu program sie, minat dan bakat OSIS MA Darut Taqwa Desa sengonagung, Purwosari, Pasuruan, yang kemudian membentuk grup musik religi yang akan mewadahi kreatifitas bermusik siswa.
“Awalnya kita dibentuk dari program minat bakat OSIS, kalo gak salah pada tahun 2001 bulan April mulai di gagas, dan itu juga pertama kita manggung di sekolah pas acara isro’ mi’roj,” kata Fithon Dalut Firmansyah, Salah seorang pendiri grup musik tersebut.
Grup yang bergenrekan sholawat kontemporer ini dulunya hanya beranggotakan sembilan siswa yang memang mereka tertarik dalam dunia musik.
“Sebelum terbentuk grup musik GD, awalnya kita berencana membentuk grup musik al-banjari, namun karena di salah satu lembaga yang masih dalam satu naungan yayasan Darut Taqwa, yaitu PP Ngalah, maka kita membentuk perpaduan antara Al-banjari dan musik modern (eletrik) yang di berinama Grup Sholawat Kontemporer,” ujar pria yang kini bekerja di salah satu media ternama di Pasuruan ini.
Menurut Fhiton, pertama kali dia dan kawan – kawan manggung diacara Isro’ mi’roj yang hanya menggunakan peralatan seadanya seperti, simbal, rebana, tamborin, kwarto, bas drum, dan orgen. Yang mana alat-alat tersebut mereka pinjam dari grup Al-banjari.
Sementara itu GD sendiri baru diresmikan pada tanggal 12 juni 2001 yang bertepatan dengan acara maulid nabi Muhammad SAW yang diselenggarakan oleh gabungan OSIS MA dan OSIS MTS Darut Taqwa.
“Ya April 2001 di gagas dan baru diresmikan pada tgl 12 juni 2001 itu,” tuturnya.
Dari ekstra sekolah menuju ke ekstra Pondok merupakan pilihan yang sulit bagi grup musik sholawat tersebut. Mereka mengalami dilema dikarenakan semua anggotanya sudah menginjak kelas tiga. Mereka berfikir jika para personil grup tersebut tidak lagi sekolah maka akan bubar, hingga pada akhirnya mereka mengambil keputusan untuk mengalih fungsikan dari ekstra sekolah menjadi ekstra Pondok.
“dulu kita sempat bingung, kalau kita lulus apakah nanti ada yang meneruskan grup sholawat kontemporer ini, dari kebingungan ini saya dan kawan-kawan sepakat untuk mengalih fungsikan dari ekstra sekolah menjadi ekstra pondok,” tambah Piton, sapaan akrabnya.
Dari peralihan tersebut Gema Nada Sholawat Darut Taqwa mulai di kenal khalayak, hingga tak ayal berdatangan tawaran manggung, mulai dari acara khitan, resepsi nikah, pengajian umum dan event-event lain. Dalam perjalanannya grup musik tersebut selalu mengembangkan sekil bermusik menjadi lebih baik, agar diterima oleh masyarakat dari segi manapun.
Sampai saat ini gema nada sholawat masih aktif dibelantara music religi, dengan semboyan “Satu, Jiwa Sholawat” mereka aktif berkarya dan terus bersholawat. (Ros/Tabloid Wartabromo)