Pemilik Sanggar Alam Batik ini mengatakan karya batik yang diproduksi sanggarnya sangat khas dan mengandung nilai filosofis.
“Semua nama itu diambil secara filosofi, misalnya batik raharjo yang bermakna kesejahteraan. Motifnya masih original, desainnya juga jadi khas sanggar alam batik,” urainya.
Ferry mengatakan, selain itu, sanggar batiknya juga mempertahankan bahan pewarna dari alam, seperti kulit buah jolawit, nilo, pisa orela, kulit kayu mahoni, mangga, dan matoa.
Terkini, di tengah pohon matoa yang mulai digalakkan ditanam petani di sejumlah desa di Sukorejo, Ferry menciptakan motif Batik Matoa. Batik Matoa ini sudah diperkenalkan pada 21 Desember 2015 lalu. (*/*)