Prigen (wartabromo) – Take nothing but picture, leave nothing but foot print, and kill nothing but time… Itulah kode etik yang harus dipegang kuat sang pendaki.
Ya. Gunung memang tak lagi sepi. Setiap libur akhir pekan dan libur panjang ribuan orang mendaki gunung. Namun, banyaknya pendaki berisiko menyebabkan bencana alam seperti kebakaran karena keteledoran pendaki memperlakukan api unggun.
Selain itu, masih banyak pendaki yang “tega” mengotori gunung dengan sampah.
Gunung Arjuna-Ringgit-Welirang merupakan salah satu kawasan yang menjadi tujuan para pandaki. Libur panjang kemarin, sekitar 500 pendaki menghabiskan liburan di kawasan Taman Hutan Raya Raden Soeryo ini.
Agus Budi Utomo, penanggungjawab pendakian di kawasan ini mengungkapkan meski tidak tertulis namun aturan ‘jangan tinggalkan api unggun yang masih membara dan jangan membuang sampah sembarangan’ selalu disampaikan kepada setiap tamu yang akan mendaki.
“Aturan itu tidak tertulis secara resmi, tetapi selalu kita sampaikan demi keselamatan pendaki itu sendiri,” ungkap Agus Budi Utomo, Selasa (10/5/2016).
Bahkan, para pendaki perempuan dalam keadaan datang bulan diharapkan tidak membuang pembalut secara sembarangan dan dianjurkan dibawa turun.
Kata Agus, kawasan Gunung Arjuna-Ringgit-Welirang, memiliki banyak tempat peninggalan purbakala yang disakralkan.
“Dari pengalaman yang sudah, pernah terjadi pendaki perempuan kesurupan sampai pos ijin pendakian ini karena membuang pembalut sembarangan,” kisah Agus.
Kejadian serupa, kata Agus, terjadi sebanyak 5 kali dialami 5 pendaki berbeda. Mereka baru sadar dari kesurupan saat tiba di pos ijin pendakian Tretes, Prigen.
Terlepas dari kisah Agus, menjaga kebersihan gunung merupakan kewajiban semua orang terlebih para pendaki. (egy/fyd)