Silat Kuntu: Bentengi Pemuda dari Pergaulan Bebas dan Narkoba

2769
Salah satu jurus Pencak Kuntu Mancilan diperagakan.

Pasuruan (wartabromo) – Saat ini padepokan Pencak Silat Kuntu Mancilan memiliki sebanyak 4.017 murid. Mereka berasal dari berbagai wilayah di Pasuruan dan ada sebagian kecil dari luar kota. Para murid yang berguru di sini tidak semata-mata bertujuan menjadi pendekar. Banyak diantaranya yang ingin berolahraga agar sehat.

“Banyak juga yang dikirim orang tuanya ke sini agar tidak masuk dalam pergaulan bebas seperti narkoba dan kenakalan remaja,” kata pemimpin Padepokan Pencak Silat kuntu mancilan, Khotib, beberapa waktu lalu.

Menurut Khotib, dengan mengikuti latihan rutin pencak silat, para remaja akan memiliki mental yang kuat dan memiliki kepribadian. Sehingga mereka tidak mudah terhanyut dalam pergaulan bebas. Selain itu rutinitas latihan juga menyita waktu mereka sehingga tidak banyak kesempatan untuk melakukan hal-hal yang negatif.

“Para murid rata-rata usia remaja,” ujar Khotib yang juga tokoh Pagar Nusa Jawa Timur ini.

Para murid ini mendapatkan latihan rutin seminggu tiga kali. Pada hari Minggu porsi latihan pencak olah raga, pada Senin latihan pencak seni dan di hari Jumat latihan tenaga dalam yang diawali dengan istighosah.

Latihan gerakan pencak silat dilakukan di tanah-tanah lapang yang ada di sekitar padepokan. Sementara untuk istighosah dilakukan di masjid.

Latihan pencak tersebut selalu diiringi musik dari gendang. Suara musik tersebut mampu merangsang semangat para pesilat. Dengan musik tersebut mereka dengan mudah mengeluarkan jurus-jurus yang sudah dipelajari, menunjukkan liuk-liuk gerakan lenturnya, mulai dari ekspresi muka, ketegapan tangan saat mempratikkan kuda-kuda, hingga hentakan jejak kaki yang telah mereka kuasai.

Untuk latihan tenaga dalam, pendadaran dilakukan dengan cara berendam di Sungai Gembong. Sebelum didadar, para pesilat diberi pembekalan khusus agar siap secara mental. Hal itu harus dilakukan karena mereka yang menguasai tenaga dalam rentan bersikap sombong dan pongah.

“Yang ikut pendadaran tidak sembarangan pesilat. Kita pilih mereka yang siap secara mental karena tenaga dalam ini cobaannya juga berat. Nanti kalau disalahgunakan saya yang tanggungjawab,” terang Khotib.

Terkait pendadaran ini, Khotib mengatakan sebenarnya sangat cocok dilakukan di Banyu Biru atau Umbulan. Namun karena memperhitungkan resiko, Sungai Gembong yang dipilih karena lebih aman. Pendadaran sendiri dilakukan sekali dalam setahun.

“Pernah dulu di Banyu Biru, saat ada orang lain mandi mereka terkena imbas tenaga dalam para murid. Jadi akhirnya kita lakukan di sungai saja,” kata dia. (fyd/fyd)

Website with WhatsApp Message
Follow Official WhatsApp Channel WARTABROMO untuk mendapatkan update terkini berita di sekitar anda. Klik disini.