Sukapura (wartabromo) – Sejak tiga hari terakhir aktivitas kegempaan Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo Jawa Timur, terus beranjak naik. Bahkan mulut kawah mulai menyemburkan abu vulkanik. Meski cenderung tipis, namun abu vulkanik yang menghujani dua desa, mengancam aktifitas warga setempat.
Gunung Bromo di Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura, terus menunjukkan peningkatan aktivitas. Terbaru, kawah gunung eksotik itu mengeluarkan abu vulkanik bercampur asap putih pekat, berketinggian 150 meter.
Rata-rata, debu vulkanik menyembur pada malam hari. Disekitar kaldera lautan pasir, abu vulkanik keluar bercampur belerang. Sementara saat jatuh di pemukiman warga, material hanya menyisakan debu saja.
Meski cenderung tipis, namun semburan abu vulkanik mengguyur area wisata dan menghujani dua desa di lereng Gunung Bromo, yakni Desa Ngadisari dan Desa Ngadirejo. Atap dan genteng rumah warga mulai tertutupi debu vulkanik.
Bahkan, tiga Sekolah Dasar Negeri (SDN), yakni SDN Ngadisari 1, SDN Ngadisari 2 dan SDN Ngadirejo ikut terdampak. Akibat semburan debu itu, siswa SDN itu mengalami sakit, yakni berupa sesak pernafasan dan batuk-batuk.
“Sejak kemarin sesak nafas, karena adanya semburan abu vulkanik. Saya tidak pakai masker, soalnya belum beli,” ujar Dandy, siswa SDN Ngadisari 2, kepada wartabromo.com, Kamis (26/11/2015).
Berdasarkan pantauan Pusat Vulkanologi Metigasi dan Bencana Geologi (PVMBG), abu vulkanik terpantau keluar dari mulut kawah dengan radius antara tiga hingga empat kilo meter. Mengarah ke timur laut.
Semburan material debu vulkanik yang mengandung silica ini, sangat berbahaya bagi pernafasan dan mata. Terlebih jika wisatawan tidak dibekali masker kaca mata dan penutup wajah.
“Sejak tiga hari terakhir ada semburan abu vulkanik. Masih tipis, namun cukup berbahaya bagi kesehatan,” Kepala PVMBG Gunung Bromo Ahmad Subhan.
Sementara sampai Kamis siang, gempa tremor menerus dalam kawah Gunung Bromo masih tinggi mencapai 6 mili meter, dominan 4 mili meter. Dengan status tetap pada level waspada.
Erupsi Gunung Bromo dengan aktivitas vulkanik besar, terakhir kali terjadi 2010 lalu. Dentuman gempa vulkanik menggelegar dan menggema dengan disertai lontaran asap belerang berwarna kelabu pekat menghitam, menjadi pemandangan menakjubkan.
Sementara warga Suku Tengger menanggapinya secara bijak dengan menggelar ritual melontarkan sesajen ke kawah, agar erupsi berakhir. Ritual adat di tengah semburan abu vulkanik, menjadi pemandangan yang luar biasa untuk diabadikan. (saw/hrj)