Kampung gempar, malaikat sibuk mencatat peningkatan produksi dosa para penggunjing Markonah yang hamil tanpa ayah. Dari pojok ke pojok, di warung-warung kopi, poskamling dan konferensi ibu-ibu ketika bergerombol di lapak penjual sayur, fenomena mukjizat abad 21 itu ramai diperbincangkan.
Memang, sejak lama orang kampung merasa gerah dengan kebiasaan Markonah. Geng belajar kelompoknya itu lho, kok kurang kenal waktu kalau mengadakan kegiatan. Masa belajar kelompok bisa berlangsung hingga menjelang pukul sebelas malam, tiap hari pula. Apa guru sekarang terlalu sibuk mengikuti diklat, membuat perangkat pembelajaran atau melengkapi administrasi kepegawaian hingga murid-muridnya harus memecahkan kerumitan rumus matematika, fisika, kimia dan grammarbahasa Inggris secara mandiri?. Apa gunanya menyekolahkan anak, jika masih harus mendaftarkannya ke LBB, les ini, kursus itu dan mengerjakan tugas begini begitu?. Kalau hanya memberi tugas mengerjakan soal-soal di LKS lalu ditinggal ngerumpi di kantor hingga jam pelajaran berganti dan tiap bulan ambil gaji, Kang Wage pun bisa melakukannya.
Tapi kata Mbak Wati—detektif aib—yang suka menyanggong kegiatan mereka, sebenarnya Markonah tidak mendiskusikan semua bidang mata pelajaran. Tiap hari hanya mengulang-ngulang pelajaran biologi, terutama bab reproduksi. Seperti tuntunan Kurikulum Berbasis Kebingungan dan Kurikulum Tak Siapa pun Paham, tentu saja Markonah menerapkan metode belajar inkuiri. Sampai ahirnya, praktek itu berhasil dengan gemilang.Ovum berhasil dibuahi oleh sel sperma, dan siklus haid Markonah amburadul karenanya.
Wak Takrib bapak Markonah, tergolong penyabar. Tak pernah ikut campur “urusan dalam negeri” anaknya, karena begitu patuh dengan maklumat komnas HAMBURGER dan komnas Perlindungan Bocah. Meski sudah lama mendengar laporan hasil investigasi Mbak Wati, beliau tak ambil pusing. Tak pernah menegur Markonah yang semakin sering melakukan ”diskusi” dengan teman-temannya. Beliau percaya benar bahwa tugas sekolah anak-anak sekarang begitu bejibun demi meringankan beban gurunya yang terlalu sibuk menyusun perangkat pembelajaran dan mengikuti diklat atau bekerja sampingan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Dunia pendidikan Indonesia telah berkembang pesat sehingga siswa harus mengimbanginya dengan menambah durasi jam belajar, metode belajar aktif dan diskusi kelompok. Untuk mendukung itu semua, tentu saja segenap sarana-prasarana mesti dilengkapi. HP untuk bertukar informasi, internet untuk mendapatkan bahan belajar termasuk video pembelajaran biologi bab reproduksi, motor untuk mobilitas ke lokasi-lokasi penelitian bahkan alat kontrasepsi sebagai pelengkap.
Sayangnya, ketika proses ”penelitian” selesai dan sampel di rahim Markonah berkembang sempurna, hanya dia yang bertugas memelihara “prakarya” tersebut. Teman-teman kelompok diskusinya tak tertarik untuk memberikan “presentasi” karena tak yakin sel siapa yang berhasil berkembang. Namanya saja diskusi kelompok, semua orang tentu ikut melakukan praktek dan ikut berkarya. Jadi kalau nanti harus melakukan presentasi, semua anggota kelompok harus ikut andil. Murid laki-laki kan memang suka begitu. Biasa masuk “kelompok diskusi” dengan gampangnya, tapi giliran “presentasi” akan minggat entah kemana.
Kian hari sampel di rahim Markonah kian subur. Membesar dan harus segera menemukan “presentator”. Dipanggillah teman-teman diskusi Si Markonah satu -persatu. Masalah kian rumit karena ternyata lusinan jumlahnya. Bukan hanya teman sekelas, tapi juga kakak dan adik kelas. Bukan hanya teman satu sekolah, tapi juga dari lain sekolah. Bukan hanya teman sesama pelajar, tetapi juga teman di jejaring sosial. Bram, Alex, Kojir, Yudha, Sigit, semua mengelak menjadi presentator. Alibi mereka cukup kuat untuk menolak jadi tumbal karena Markonah tergolong “gadis” dermawan. Tipe “perawan” salome yang bukan hanya rela menjadi bak penampungan, tapi juga maniak yang bangga menjadi idola banyak orang.
Lama tak terdengar isu “mukijizat abad 21” itu. Perut Markonah tiba-tiba kempes setelah di”periksa” entah di klinik mana. Namun seluruh kampung tiba-tiba gempar : ADA BAYI DIBUANG DI KEBON PISANG!. Penulis : Abdur Rozaq