Pandaan (wartabromo) – Pengelola kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo mengaku kesulitan mengatasi kebakaran hutan yang terjadi setiap tahun. Upaya penanggulangan kebakaran selama ini dilakukan sebatas kemampuan minimal yang dimiliki.
“Selama ini untuk mengatasi kebakaran kita lakukan sebatas kemampuan. Keterbatasan peralatan serta sumber daya manusia dan minimnya anggaran mengakibatkan kebakaran tidak cepat tertangani,” kata Kepala Seksi Malang-Pasuruan Tahura Raden Soerjo, Murbandarto, Selasa (22/9/2015).
Murbandarto mengatakan, selama ini untuk memadamkan kebakaran yang rata-rata lokasinya berada di ketinggian 2500 hingga 3000 meter di atas permukaan laut dilakukan secara manual dengan dahan dan ranting. Petugas Tahura dan warga sekitar bergantian memadamkan api.
“Kalau kebakaran terjadi di medan curam dan sulit dijangkau, perjalanan dari bawah ke lokasi bisa memakan waktu 3-4 jam. Lamanya jarak tempuh membuat api cepat meluas,” jelasnya.
Dalam kondisi demikian, petugas dan warga biasanya memutuskan untuk mengisolir pergerakan api agar tidak semakin meluas. “Pertimbangan keselamatan dan keamanan petugas kita hanya bisa mengisolir pergerakan api,” tutur Murbandarto.
Murbandarto mengakui dalam upaya pemadaman petugas menerima bantuan logistik berupa nasi bungkus dari BPBD Kabupaten Pasuruan. “Kadang ada juga perusahaan yang membantu air mineral untuk bekal petugas ke lokasi kebakaran,” ungkapnya.
Meski tidak merinci berapa petugas dan anggaran ideal yang dibutuhkan dalam penanggulangan kebakaran tahunan di kawasan Gunung Arjuno-Welirang, Murbandarto berharap pihak berwenang memberikan perhatian serius pada penanganan kebakaran hutan.
“Tahura ini jika rusak maka dampaknya sangat besar. Kami berharap semua pihak memikirkan hal ini,” ujarnya.
Sejak Januari hingga September 2015, terjadi lebih dari 19 peristiwa kebakaran di kawasan Tahura. “Total di wilayah Pasuruan, Malang dan Batu sudah 316 hektar lebih hutan terbakar,” pungkasnya. (egy/fyd)