Pandaan (wartabromo) – Bupati Pasuruan dan seluruh jajaran SKPD serta Camat menggenakan baju ala Tionghoa, Cheongsam dalam Festival Durian Kakap sekaligus peresmian pasar wisata Cheng Ho, Pandaan, Sabtu (7/3/2015). Sayangnya, baju tradisional yang menjadi corak bangsa Tionghoa tersebut justru disebut sebagai pakaian kerajaan Ho-ling.
“Kita sengaja mengenakan pakaian ini. Pakaian apa ini ?. Ya, Pakaian Kerajaan Holing,” kata Bupati Pasuruan, Irsyad Yusuf saat menyampaikan sambutannya.
Orang nomer satu di Kabupaten Pasuruan tersebut bahkan sempat melontarkan kalimat jika dalam sejarah pernah dikuasai oleh Kerajaan Ho-ling tanpa memberikan penjelasan lebih detail tentang kaitannya kerajaan tersebut dengan pakaian yang dikenakannya bersama jajaran SKPD yang hadir di acara festival durian kakap tersebut. Ia kemudian sedikit menceritakan sosok Laksamana Cheng Ho serta ide kreatif Bupati Pasuruan sebelumnya Alm. Jusbakir Al-Jufri yang telah menginspirasi pembangunan Masjid Cheng Ho di Pandaan.
Untuk diketahui, baju yang dikenakan Bupati, SKPD serta camat adalah Cheongsam yakni pakaian dengan corak bangsa Tionghoa. Meski tergolong sebagai pakaian adat, namun Cheongsam sukses diterima ke dalam dunia busana internasional. Nama “Cheongsam” berarti pakaian panjang. Pada beberapa daerah lain, termasuk Beijing, dikenal dengan nama “Qipao”. Sementara, Holing adalah sebutan kerajaan kalingga dari berita cina pada masa Dinasti Tang yang menunjukkan keberadaan sebuah Kerajaan di tanah Jawa sekitar abad ke-6. Letak kerajaan Kalingga alias Holing berbatasan dengan laut sebelah selatan yang oleh orang cina disebut Ta-Hen-La (kamboja) di sebelah utara, Po-Li (Bali) sebelah timur, dan To-Po-Teng di sebelah barat.
Ini menunjukkan bahwa Kerajaan Kaliangga atau disebut Ho-ling berada di pulau jawa dan bukan Cina. Sehingga salah kaprah jika disebut Kerajaan Holing Cina.
Masa kerajaan Kalingga atau Holing sendiri memiliki pautan sejarah dengan Pasuruan, menyusul kedatangan armada Islam utusan Mu’awiyah bi Abi Sofyan di Pelabuhan Banger (Bangil) yang bertarikh 674-675M serta ditemukannya candi bertuliskan arab di makam ‘Mbah Bangil’ yang bertarikh 680 M.
Tak hanya itu, pada abad ke 742 – 755 Masehi, berdasarkan Tim peninjauan Hari Jadi Kabupaten Pasuruan 2006 BPSDD, Ibu Kota Kerajaan Kalingga dipindahkan ke wilayah timur oleh Raja Kiyen yaitu daerah Po-Lu-Kia-Sien yang ditafsirkan Pulokerto. Pulokerto adalah salah satu nama desa di wilayah Kecamatan Kraton Kabupaten Pasuruan.
Salah kaprah terhadap Kerajaan Ho-ling oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan terjadi untuk kedua kalinya, setelah sebelumnya dilakukan dalam Pawai Budaya yang digelar dalam rangka hari jadi Kabupaten Pasuruan ke 1085 di Pandaan, Pasuruan, Sabtu (27/9/2014). Baca : Aneh, Tampilkan Masa Kerajaan Holing SKPD di Pasuruan Pakai Kostum Tionghoa
Puluhan peserta dari Dinas Koperasi dan UKM, Bagian Pemerintahan dan Bagian Kerjasama justru berpenampilan ala penduduk Tionghoa selain itu papan yang menunjukkan identitas kelompok pawai ini bertuliskan Zaman Kerajaan Ho-ling Cina. Seakan-akan, Kerajaan Holing itu merupakan sebuah Kerajaan di Cina atau bangsa Cina. (yog/yog)