Probolinggo (wartabromo) – Pagelaran Jazz Gunung yang diselenggarakan dari tahun ke tahun kian banyak penikmatnya baik dari Indonesia maupun mancanegara. Untuk tahun 2014, Pagelaran musik bertaraf internasional yang digelar sejak tahun 2009 di di Panggung Terbuka Java Banana Bromo, Probolinggo, Jawa Timur ini akan menjual dua jenis tiket yaitu tiket VIP dan Festival.
Berdasarkan informasi yang dikutip oleh wartabromo dari situs jazzgunung.com, pagelaran yang akan dilakoni pada tanggal 20 sampai 21 Juni 2014 ini kini menggunakan sistem online ticketing untuk memudahkan distribusi tiket.
Beberapa tipe tiket yang ditawarkan yakni tiket satu hari untuk salah satu pertunjukan antara tanggal 20 atau 21 Juni 2014 dan dua hari untuk tiket terusan tanggal 20 dan 21 Juni 2014. Untuk tiket VIP satu hari dijual dengan harga Rp 350 ribu danuntuk tiket dua hari dijual dengan harga Rp. 500 ribu sementara untuk tiket festival satu hari dijual dengan harga Rp. 250 ribu dan dua hari seharga Rp. 400 ribu. Klik tiket
Bagi Anda yang membeli tiket VIP, anda akan mendapatkan fasilitas bangku sebagai tempat duduk yakni 1 tiket berlaku untuk 1 orang dan 1 bangku diisi oleh 3 orang. Selain itu, anda juga dapat memilih posisi tempat duduk pada saat registrasi ulang di venue (first come, first serve).
Pagelaran Jazz gunung untuk tahun ini akan menghadirkan musisi-musisi jazz ternama yakni Nita Aartsen Quatro featuring Yeppy Romero (seorang pianis dan musisi Indonesia ) ; Ligro Trio (kelompok musik dengan aliran musik Jazz Rock) ; Ring of Fire Project (Digagas oleh Djaduk Ferianto pada tahun 2012 ) ; TheOvertunes (Band Indonesia yang terdiri dari bassist Mada Emmanuelle, gitaris Reuben Nathaniel, dan vokalis Mikha Angelo. Mada (19), Reuben (17), dan Mikha (16) ) ; Monita Tahalea & The Nightingales ; ESQI:EF – Syaharani and Queenfireworks ; Indro Hardjodikoro The Fingers ; Bintang Indrianto Trio dan Jazz Ngisoringin.
Pagelaran yang telah digelar sebanyak 5 kali sejak tahun 2009 muncul dari tiga orang yakni Sigit Pramono, seorang bankir dan fotografer yang mencintai Bromo dan musik jazz; Butet Kartaredjasa, seorang seniman serba bisa; dan Djaduk Ferianto, seniman musik yang kerap diundang pentas di mancanegara membawakan world music dengan ciri Indonesia yang kental.
Antusiasme penggemar jazz gunung baik domestik maupun mancanegara ini setidaknya mampu mengembangkan perekonomian dan kepariwisataan Indonesia, khususnya bagi masyarakat di daerah Bromo. Yang membuat eksotis dan menarik yakni para musisi tampil di panggung terbuka dengan beratap langit dan berlatar alam Bromo. Perpaduan harmonis antara musik, alam, dan manusia dengan latar belakang pegunungan bromo-semeru. (yog)