Winongan (WartaBromo) – Sekitar 45 orang Umat Hindu Bali yang rencananya sabtu (17/12) hari ini, mendatangi Pemandian Alam Banyubiru di Winongan,Pasuruan gagal berangkat.Kegagalan tersebut disebabkan akibat bus yang mereka tumpangi mengalami kerusakan di tengah jalan.
Saat dikonfirmasi melalui ponselnya,Ketua rombongan Pinandita I Ketut Pasek Swastika membenarkan kejadian tersebut.Menurutnya,rombongannya terpaksa gagal berangkat menuju Banyubiru karena ban bus pecah,dongkrak tak bisa digunakan dan ban penggantinya tidak sesuai.
“Sepertinya kendalanya komplit sehingga kami beranggapan ini sebagai pertanda larangan dari Mbah Banyubiru untuk berangkat kesana,”tuturnya.
Rencananya hari ini,sabtu (17/12) sekitar 45 orang Umat Hindu Bali yang terdiri dari 15 Pinandita dari Ashram Sari Taman Beji Bali akan mendatangi pemandian banyubiru untuk menjalani ritual penyucian diri tahap dua setelah sebelumnya pada sabtu (25/6) lalu melakukan penglukatan atau penyucian diri yang pertama.
Umat Hindu Bali tersebut percaya jika pemandian alam banyu biru yang dulu dikenal sebagai telaga wilis memiliki aura yang sangat kuat.Mereka juga menyakini ada hubungan emosional spiritual antara banyubiru dengan Umat Hindu Bali.
Menurut logika Umat Hindu Bali,mereka adalah bagian dari rakyat majapahit yang berimigrasi dari Jawa ke Bali.
Pada sabtu(25/6) lalu,ratusan Umat Hindu Bali mendatangi pemandian alam banyubiru guna melakukan penglukatan atau pensucian diri sekaligus mengenang tempat asalnya.
Pemandian alam banyubiru merupakan pemandian tertua yang memiliki banyak petilasan dan arca-arca diantaranya arca siwa Mahakala,Nandiswara,Dewi durga dan lain-lain.
Selain itu, sejumlah prasasti seperti prasasti bertuliskan huruf jawa dan juga prasasti berbahasa belanda masih bisa dijumpai ditempat ini.
Prasasti bertulis jawa diketahui didirikan saat kanjeng adipati pasuruan berkunjung ke telaga wilis pada tahun 1847 .Hal ini dibuktikan dengan tulisan jawa yang berbunyi “Rineggo WinangunArjo Dening Tuan P.W Hoplan Minulyo TusdhaningPrasamyo Kanjeng Raden Adipati Nitiadiningrat Sinengkalan Wisayaning Pandhito Kakokingrat Utawi Tahun Walandi 1847″. Prasati tersebut dikenal dengan nama Prasasti wilis.
Sedangkan prasasti berbahasa belanda yang berbunyi”Overgenomen en Opnieuwgerestaureerd Door den Regentschaps-Raad van Pasoeroean. Januari 1929”. Prasasti ini ditulis saat pemandian diambil alih serta diperbaiki oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan pada bulan januari 1929.
Hingga kini,pemandian banyu biru seringkali digunakan warga sekitar untuk berendam terutama saat malam jum’at legi dan lebaran ketupat.Mereka percaya air banyubiru bisa membuat awet muda. (yog/yog)